Thursday, August 19, 2010

PERSIAPAN MENJELANG RAMADHAN

Para sahabat RA membahagi waktu dalam setahun ini menjadi dua bahagian, enam bulan menjelang Ramadhan, mereka sibuk untuk melakukan persiapan menjelang Ramadhan, enam bulan setelah Ramadhan mereka gunakan untuk memohon pada Allah agar amal ibadah di bulan Ramadhan tersebut bernilai dan diterima oleh Allah.
Untuk itu pula kita kaum Muslimin sudah selayaknya bersiap-siap pula di dalam melakukan penyambutannya.

1. Jadikan kedatangan bulan Ramadhan selalu menjadi saat yang sangat khusus. Kita berikan persiapan khusus dalam menyambut kedatangannya seolah-olah kita tidak akan pernah lagi bertemu dengannya pada tahun hadapan.

2. Kita perbaharui niat dan komitmen kita masing-masing. Kita muhasabah kembali,apa yang sudah kita lakukan setahun yang lalu Kita berniat untuk menjadikan bahwa Ramadhan tahun ini haruslah lebih baik dari tahun lalu dan menjadi Ramadhan yang terbaik dalam umur hidup kita.

3. Untuk itulah mulai saat ini kita harus menjagai diri dari apa pun yang Allah haramkan. Kita kurangi menonton tayangan hiburan yang melenakan kita baik melalui media TV, radio, internet ataupun yang lainnya. Tidak perlu kita menonton TV sampai larut malam. Lebih baik kita isi dengan membaca Al-Qur-an atau berzikir. Bagaimana mungkin kita membiarkan malam-malam kita diisi dengan tidur sedangkan Allah menyiapkan sepertiga malam terakhir menjadi saat yang disukai Allah.

4. Usahakanlah untuk mulai shaum (menahan diri) dari apa pun yang tidak disukai Allah. Allah Maha Melihat perjuangan kita. Kita harus berupaya agar Allah Yang Maha Menyaksikan benar-benar melihat diri kita menjadi orang yang bersiap-siap menyambut jamuan Allah.

5. Mulai saat ini, hindari telinga kita dari sesuatu yang tidak layak kita dengar. Bahkan kita hadirkan bacaan-bacaan (tilawah) al Qur-an di samping kita isi digital player kita dengan al-Qur-an.

6. Dari budaya mendengarkan, kita tingkatkan menjadi budaya membaca. Bukankah besar pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang membaca al Qur-an.Pastikan kemana-mana sahaja al Qur-an selalu tidak lupa menjadi barang yang tidak lupa untuk kita bawa. Kalau belum biasa membaca al Qur-an, kita tanamkan dalam diri kita bahwa Ramadhan tahun ini untuk kursus membaca al Qur-an. Yang sudah biasa membaca, kita niatkan untuk mengkhatamkannya, insya Allah. Bahkan keluarga kita pun kita latih untuk berinteraksi dengan al Qur-an. Pokoknya kita jadikan slogan diri kita, Tiada hari tanpa al Qur-an. kerana di bulan mulia inilah, al Qur-an yang suci dan mulia diturunkan.

kita tidak akan pernah berjumpa dengan kemudahan keampunan kecuali di bulan Ramadhan ini. Sebanyak dan semelimpah manapun dosa kita, sungguh Allah menjanjikan keampunan-Nya di bulan ini. Kalau kita merasa berat hidup karena lumuran dosa dan maksiat, maka ketahuilah keampunan Allah di bulan Ramadhan lebih dahsyat daripada dahsyatnya dosa-dosa kita. Kalau kita merasa gersang dan kering, maka Ramadhan adalah bulan yang paling cepat untuk mendapatkan rahmat-Nya. Kalau kita dililit hutang piutang, maka Allah adalah Zat Maha kaya yang menjanjikan terkabulnya doa-doa hamba yang merayu kepadaNya

sangat rugi andai kita tidak bergembira ria, tidak bersemangat dalam menghadapi hidup ini. Ramadhan diawali dengan adzan Maghrib berkumandang, maka itulah saat syaitan dibelenggu, dimulainya hitungan pahala amal yang berbeZa, dibukanya pintu-pintu syurga, ditutupnya pintu-pintu neraka. Maka sudah selayaknya kita harus bersungguh-sungguh berharap agar Allah menjamu kita dengan menyiapkan diri jadi orang yang layak dijamu oleh Allah.

Tuesday, August 17, 2010

Mubarak ho Ramzaan

Mubarak ho Ramzaan
Ae chand unko mera paigam kehna
khusi ka din or hasi ki dham kehna
jab wo dekhe bahar aa k to unko meri taraf se
Mubarak ho Ramzaan Kehna


Ramzaan ka mubarak mahina
Ramzaan ka mubarak mahina,
Allah ki ibaadat ka mahina
Mohabbat uss mabood ki,
Ahmiyat uss khudai ilm ki..
Yahi hai rah-e-khudai ka mahina..
Ramzaan ka mubarak mahina..


Happy Ramadan ALLAH KE 99 NAAM
IBADAT KA SATH
ALLAH KA KALAM BHOOK PYAS KA EHSAS
INAAM HI INAAM
HAPPY RAMADAN

Tuesday, August 10, 2010

6 perkara yang ALlah SWT sembunyikan

Marilah sama2 kita fikirkan dan berusaha lakukan... Sesungguhnya Allah S.W.T telah menyembunyikan enam perkara iaitu :

* Allah S.W.T telah menyembunyikan redha-Nya dalam taat.
* Allah S.W.T telah menyembunyikan murka-Nya di dalam maksiat.
* Allah S.W.T telah menyembunyikan nama-Nya yang Maha Agung di dalamAl-Quran.
* Allah S.W.T telah menyembunyikan Lailatul Qadar di dalam bulan Ramadhan.
* Allah S.W.T telah menyembunyikan solat yang paling utama di dalam solat
(yang lima waktu).
* Allah S.W.T telah menyembunyikan (tarikh terjadinya) hari kiamat di dalam
semua hari.

Semoga kita mendapat berkat daripada ilmu ini. Wallahualam

Ahlan wa sahlan, marhaban ya Ramahan kareem

Dear All,




BISMILLA-HIRRAHMA- NIRRAHIYM






Mata kadang salah melihat....

Mulut kadang salah berucap....

Hati kadang salah menduga.....

Maafkan segala kekhilafan yang pasti ada....


===== Mohon Maaf Lahir dan Bathin ======



MARHABAN YAA RAMADHAN

Assalaamu'alaikum wr.wb..

Marhaban ya Ramadhan,
Bulan dimana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal kita diterima dan do'a kita di ijabah,

Sungguh cantik kain plekat, dipakai orang pergi ke pekan.
Puasa Ramadhan semakin dekat, silap dan salah mohon dimaafkan

Berharap padi dalam lesung, yang ada cuma rumpun jerami,
harapan hati bertatap langsung, cuma terlayang e-mail ini.

Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, Sebelum Ramadhan datang,
saya mohon maaf lahir dan bathin....

Taqqobalahu Minna Waminkum, Taqoballahu Ya Karim,

Marhaban Ya Ramadhan

Allaahumma baariklanaa fi Sya'ban wa ballighnaa Ramadhan
Aminn.

" Do'a Malaikat Zibril Menjelang Ramadhan "
"Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

* Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
* Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri;
* Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapat kita bayangkan, yang berdo'a adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jum'at.


SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA


SEMOGA KITA DAPAT MENJALANKAN IBADAH PUASA DENGAN OPTIMAL, AAMIN.


Wassalamu'alaikum Wr Wb,


Thursday, August 5, 2010

Kisah unta bercakap

Share

Pada zaman Rasulullah s.a.w, ada seorang Yahudi yang menuduh orang Muslim mencuri untanya. Maka dia datangkan empat orang saksi palsu dari golongan munafik. Nabi s.a.w lalu memutuskan hukum unta itu milik orang Yahudi dan memotong tangan Muslim itu sehingga orang Muslim itu kebingungan.

Maka ia pun mengangkatkan kepalanya mengadah ke langit seraya berkata, “Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui bahawa sesungguhnya aku tidak mencuri unta itu.”

Selanjutnya orang Muslim itu berkata kepada Nabi s.a.w, “Wahai Rasulullah, sungguh keputusanmu itu adalah benar, akan tetapi mintalah keterangan dari unta ini.”
Kemudian Nabi s.a.w bertanya kepada unta itu, “Hai unta, milik siapakah engkau ini ?”
Unta itu menjawab dengan kata-kata yang fasih dan terang, “Wahai Rasulullah, aku adalah milik orang Muslim ini dan sesungguhnya para saksi itu adalah dusta.”

Akhirnya Rasulullah s.a.w berkata kepada orang Muslim itu, “Hai orang Muslim, beritahukan kepadaku, apakah yang engkau perbuat, sehingga Allah Taala menjadikan unta ini dapat bercakap perkara yang benar.”

Jawab orang Muslim itu, “Wahai Rasulullah, aku tidak tidur di waktu malam sehingga lebih dahulu aku membaca selawat ke atas engkau sepuluh kali.”

Rasulullah s.a.w bersabda, “Engkau telah selamat dari hukum potong tanganmu di dunia dan selamat juga dari seksaan di akhirat nantinya dengan sebab berkatnya engkau membaca selawat untukku.”

Sabar atau mengeluh atas musiba

Share

HADIS QUDSI

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Di waktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya.

“Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati.”

Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, “Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini.”

Abu Hassan bertanya, “Bagaimana hal yang merisaukanmu ?”

Wanita itu menjawab, “Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, “Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?”

Jawab adiknya, “Baiklah kalau begitu ?”

Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua.”

Lalu Abul Hassan bertanya, “Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?”

Wanita itu menjawab, “Tiada seorang pun yang dapat membezakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeza. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka.”

Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan teladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadis Qudsi,:

” Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya.”

Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda: ” Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang.”

Dan sabdanya pula, ” Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka.” (Riwayat oleh Imam Majah)

Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah.

Doa Rabia’tul Adawiyah

Share

Ibubapa Rabia’atul-adawiyyah adalah orang miskin. Hinggakan dalam rumah mereka tidak ada minyak untuk memasang lampu dan tidak ada kain untuk membalut badan beliau. Beliau ialah anak yang keempat. Ibunya menyuruh ayahnya meminjam minyak dari jiran. tetapi bapa beliau telah membuat keputusan tidak akan meminta kepada sesiapa kecuali kepada Allah. Bapa itu pun pergilah berpura-pura ke rumah jiran dan perlahan-lahan mengetuk pintu rumah itu agar tidak didengar oleh orang dalam rumah itu.

Kemudian dia pun pulang dengan tangan kosong. Katanya orang dalam rumah itu tidak mahu membuka pintu. Pada malam itu si bapa bermimpi yang ia bertemu dengan Nabi. Nabi berkata kepadanya, “Anak perempuanmu yang baru lahir itu adalah seorang yang dikasihi Allah dan akan memimpin banyak orang Islam ke jalan yang benar. Kamu hendaklah pergi berjumpa amir Basrah dan beri dia sepucuk surat yang bertulis – kamu hendaklah berselawat kepada Nabi seratus kali tiap-tiap malam dan empat ratus kali tiap-tiap malam Jumaat.Tetapi oleh kerana kamu tidak mematuhi peraturan pada hari Khamis sudah, maka sebagai dendanya kamu hendaklah membayar kepada pembawa surat ini empat ratus dinar.”

Bapa Rabi’atul-adawiyyah pun terus jaga dari tidur dan pergi berjumpa dengan amir tersebut, dengan air mata kesukaan mengalir di pipinya. Amir sungguh berasa gembira membaca surat itu dan faham bahawa beliau ada dalam perhatian Nabi. Amir pun memberi sedekah kepada fakir miskin sebanyak seribu dinar dan dengan gembira memberi bapa Rabi’atul-adawiyyah sebanyak empat ratus dinar.

Amir itu meminta supaya bapa Rabi’atul- adawiyyah selalu mengunjungi beliau apabila hendakkan sesuatu kerana beliau sungguh berasa bertuah dengan kedatangan orang yang hampir dengan Allah. Selepas bapanya meninggal dunia, Basrah dilanda oleh kebuluran. Rabi’atul-adawiyyah berpisah dari adik-beradiknya. Suatu ketika kafilah yang beliau tumpangi itu telah diserang oleh penyamun. Ketua penyamun itu menangkap Rabi’atul-adawiyyah untuk dijadikan barang rampasan untuk dijual ke pasar sebagai abdi. Maka lepaslah ia ke tangan tuan yang baru. Suatu hari, tatkala beliau pergi ke satu tempat atas suruhan tuannya, beliau telah dikejar oleh orang jahat. Beliau lari tetapi malang, kakinya tergelincir dan jatuh. Tangannya patah. Beliau berdoa kepada Allah, “Ya Allah! Aku ini orang yatim dan abdi. Sekarang tanganku pula patah. tetapi aku tidak peduli segala itu asalkan Kau redha denganku. tetapi nyatakanlah keredhaanMu itu padaku.”

Tatkala itu terdengarlah suatu suara, “Tak mengapa semua penderitaanmu itu. Di hari akhirat kelak kamu akan ditempatkan di peringkat yang tinggi hinggakan Malaikat pun kehairanan melihatmu.” Kemudian pergilah ia semula kepada tuannya. Selepas peristiwa itu, tiap-tiap malam ia menghabiskan masa dengan beribadat kepada Allah, selepas melakukan kerja-kerjanya. Beliau berpuasa berhari-hari.

Suatu hari, tuannya terdengar suara rayuan Rabi’atul-adawiyyah di tengah malam yang berdoa kepada Allah : “Tuhanku! Engkau lebih tahu bagaimana aku cenderung benar hendak melakukan perintah-perintahMu dan menghambakan diriku dengan sepenuh jiwa, wahai cahaya mataku. Jikalau aku bebas, aku habiskan seluruh masa malam dan siang dengan melakukan ibadat kepadaMu. tetapi apa yang boleh aku buat kerana Kau jadikan aku hamba kepada manusia.”

Dilihat oleh tuannya itu suatu pelita yang bercahaya terang tergantung di awang-awangan, dalam bilik Rabi’atul-adawiyyah itu, dan cahaya itu meliputi seluruh biliknya. Sebentar itu juga tuannya berasa adalah berdosa jika tidak membebaskan orang yang begitu hampir dengan Tuhannya. Sebaliknya tuan itu pula ingin menjadi khadam kepada Rabi’atul-adawiyyah. Esoknya, Rabi’atul-adawiyyah pun dipanggil oleh tuannya dan diberitahunya tentang keputusannya hendak menjadi khadam itu dan Rabi’atul-adawiyyah bolehlah menjadi tuan rumah atau pun jika ia tidak sudi bolehlah ia meninggalkan rumah itu.
Rabi’atul-adawiyyah berkata bahawa ia ingin mengasingkan dirinya dan meninggalkan rumah itu. Tuannya bersetuju. Rabi’atul-adawiyyah pun pergi.

Zun Nun Al-Misr

Share

Zun Nun Al-Misri mendengar bahawa ada seorang yang sangat alim dan zuhud, maka pergilah dia ke sana untuk belajar. Sesampainya di sana dia menjumpai seorang lelaki menggantungkan dirinya pada sebatang pokok dengan kepala ke bawah. Orang itu berkata: “Wahai diri! Tolonglah aku dalam mentaati Allah. Kalau tidak nescaya aku akan hukum engkau dalam keadaan seperti ini sampai engkau mati kelaparan.”Zun Nun mendekati orang itu lalu memberi salam dan dia menjawab.

“Apa yang telah terjadi dengan engkau ini?” tanya Zun Nun.

“Tubuhku ini telah menghalangi aku untuk berseronok dengan Allah, kerana ingin bersuka-suka dengan manusia,” jawab orang itu.

Dengan jawapan itu, Zun Nun menyangka bahawa orang itu telah menumpahkan darah sesama Muslim atau telah berbuat dosa besar lainnya.

“Apa yang telah engkau lakukan?” Tanya Zun Nun.

“Tahukah engkau bahawa jika seseorang itu bercampur baur dengan orang lain, banyak perkara yang boleh berlaku?”

“Kalau begitu, engkau ini betul-betul orang warak dan alim,” kata Zun Nun.

“Mahukah aku tunjukkan kamu orang yang lebih alim dariku?” kata orang itu.

“Boleh juga,” kata Zun Nun.

“Nah, sekarang pergilah engkau agak ke atas bukit ini. Insya Allah, engkau akan berjumpa dengan wali Allah yang saya maksudkan itu,” kata lelaki itu.

Maka segeralah Zun Nun mendaki agak sedikit ke atas lagi sehingga akhirnya ia berjumpa dengan satu tempat pertapaan yang di dalamnya ada seorang pemuda sedang duduk bersila, sementara di hadapan pintu pertapaan itu ada sebelah kaki yang terpotong membusuk dan dimakan ulat. Zun Nun sangat ngeri dan tidak faham apa yang dilihatnya itu. Maka dia pun bertanya kepada pemuda tersebut apa ertinya semuanya itu.

Pemuda itu menerangkan bahawa pada suatu hari dia sedang duduk di dalam beribadahnya, tiba-tiba ada seorang perempuan yang melintas di luar. Apabila dia terpandang kepadanya, timbul keinginannya kepada wanita cantik itu dan cuba untuk mengejarnya dari belakang.

Akan tetapi, baru saja dia melangkahkan sebelah kakinya ke luar dari tempatnya, tiba-tiba dia mendengar suara: “Wahai manusia, apakah engkau tidak merasa malu? Setelah tiga puluh tahun engkau menghadapkan hati kepada Tuhan, tiba-tiba sekarang engkau telah mahu ditipu oleh syaitan dan akan mengejar perempuan jahat itu.”

Disebabkan kerana kesalahannya itulah, pemuda itu telah memotong sebelah kakinya yang telah terlanjur keluar dari tempat ibadahnya.

“Jadi aku ini sebenarnya orang berdosa,” kata lelaki itu. “Maka dari itu engkau tidak patut menemuiku yang sedang dalam penantian keputusan ini. Jika engkau ingin menjumpai seorang yang betul-betul wali, pergilah engkau ke puncak bukit ini.”

Sayang puncak bukit tersebut terlalu tinggi dan sukar untuk didaki sehingga Zun Nun tidak sanggup mencapainya. Sebaliknya dia hanya mendengarkan saja cerita si pertapa dari orang-orang yang mengetahuinya.

Katanya ada seorang lelaki yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Allah. Dia telah bersumpah untuk tidak makan selain dari usahanya sendiri dan tidak akan makan makanan yang telah diproses. Dengan izin Allah, sekumpulan lebah telah membuat sarang di dekat tempat ibadahnya, dengan madu lebah itulah wali tersebut mengalas perutnya.

Kisah Imam Syafie di rumah Imam Ahma

Share

Takutkan Tuhan lembutkan hati

Pada suatu hari Imam Syafie rhm datang menziarahi Imam Ahmad bin Hambal. Apabila selesai makan malam bersama, Imam Syafie masuk ke bilik tidur yang telah disediakan untuknya dan segera berbaring sehingga terbit fajar.

Anak perempuan Imam Ahmad yang sentiasa memerhatikan Imam Syafie sejak dari awal lagi bertanya kepada ayahnya dengan nada menegur, “Ayah selalu memuji dan mengatakan Imam Syafie itu seorang ulama yang sangat alim. Sebaliknya apa yang saya perhatikan banyak perkara tidak mengambarkan ianya seorang yang benar-benar alim.

Imam Ahmad amat terkejut mendengar perkataan anak permpuannya, lalu ianya bertanya, “Ia seorang alim wahai anakku, mengapa kamu berkata demikian?”
Anak perempuannya menjawab,” Aku perhatikan ada tiga perkara menyebabkan kekurangannya, wahai ayah. Pertama, pada waktu dihidangkan makanan, ia memakannya dengan lahap sekali. Kedua, sejak masuk ke bilik tidurnya, ia tidak Solat Malam sebaliknya hanya keluar setelah masuk waktu Subuh. Ketiga, Ia Solat Subuh tanpa berwudhuk.”

Imam Ahmad bin Hambal memikirkan semua perkataan anaknya itu dan akhirnya supaya jelas persoalan anaknya itu, ianya menyampaikan semua alasan anak perempuannya itu kepada Imam Syafie. Bila mendengar semua itu, Imam Syafie tersenyum lalu ia berkata, “ Wahai Ahmad! sebabnya aku makan dengan lahap dan banyaknya di rumah kamu kerana aku tahu bahawa makanan di rumah kamu jelas halal dan baik. Aku tidak ragu dengan makanan itu sedikit pun, atas sebab itulah aku makan dengan lahap. Lagi pun aku amat memahami bahawa engkau seorang yang sangat pemurah. Makanan orang yang pemurah itu ubat dan makanan orang yang kedekut itu penyakit. Aku makan semalam bukan kerana untuk kenyang tetapi semata-mata untuk berubat dengan makananmu itu.”

Perkara kedua yang menyebabkan aku tidak solat malam kerana ketika aku meletakkan kepalaku di atas bantal untuk tidur, tiba-tiba seolah-olah aku melihat di hadapanku Kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW dan dengan izin Allah malam itu, aku dapat menyusun 72 masaalah feqah Islam sehingga aku tidak sempat solat malam. Perkara keempat yang menyebabkan aku tidak berwudhuk ketika solat Subuh kerana aku Walahhi ! . . . . pada malam itu aku tidak dapat tidur sekelip pun, sehingga aku Solat Suboh dengan wudhuk Solat Insya’.”

Pertemuan Nabi Sulaiman dengan pemuda yang berbakti kepada ayah dan ibu

Share

Menyenangkan hati ibubapa

Nabi Sulaiman adalah anak kepada Nabi Daud A.S. Sejak kecil lagi Nabi Sulaiman sudah pandai memberi pendapat yang adil dalam satu-satu hal. Setelah wafatnya Nabi Daud, Nabi Sulaiman membesarkan kerajaan di bawah pimpinannya. Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengadakan perjalanan bersama rombongannya yang terdiri daripada manusia dan jin. Tujuannya adalah untuk melihat kebesaran Allah S.W.T.

Perjalanan mereka pun tiba di tepi laut, tiba-tiba Nabi Sulaiman terpandang suatu benda yang menakjubkan di dalam laut. Dia memerintahkan pada jin Ifrit, “Wahai Ifrit, cuba kamu lihat ke dalam laut, ada suatu benda yang menakjubkan aku, oleh itu kamu bawakan ia kemari”. Jin Ifrit yang sememangnya gagah tak banyak bercakap kerana takut akan murka Nabi Sulaiman dan terus menyelam ke dasar laut, namun dia tidak berjumpa apa-apa.Kemudian Nabi Sulaiman menyuruh jin yang lain menyelam untuk mendapatkan benda terbabit, namun malangnya jin tersebut pun gagal berbuat demikian. Akhirnya Nabi Sulaiman pun berkata kepada Ashif bin Barkhiya, yakni orang yang mendapat ilmu terus dari Allah, “Sekarang aku perintahkan kepadamu agar pergi ke laut dan dapatkan benda ajaib yang aku maksudkan”. Ashif bin Barkhiya pun menyelam dan terlihat suatu benda yang menyerupai kubah yang diperbuat dari kapur putih.

Dengan kekuatan yang luar biasa, Ashif bin Barkhiya membawa naik kubah ajaib tersebut dari dasar laut dan mempersembahkan kepada Nabi Sulaiman. Apabila Nabi Sulaiman melihat kubah itu dan berkata, “Wah, alangkah indahnya benda ini, tapi mengapakah aku tidak dapat melihat isi kandungan dalam benda ini padahal Allah telah memberikan mukjizat yang mana penglihatanku dapat menembusi segala sesuatu”.

Nabi Sulaiman pun berdoa kepada Allah supaya dia dapat melihat isi di dalam kubah berkenaan dan Allah memperkenankan doanya. Sejurus selepas berdoa, maka terbukalah kubah tersebut dan Nabi Sulaiman melihat ada seorang pemuda yang sedang sujud dan bertasbih memuji Allah. Nabi Sulaiman lalu berkata, “Maha suci Allah lagi Maha Besar”. Mendengar seruan Nabi Sulaiman, maka pemuda itu pun bangun dari sujud lalu memberi salam.

Nabi Sulaiman menjawab salam dan memulakan pertanyaan, “Siapakah kamu wahai pemuda! Adakah kamu malaikat, jin atau pu manusia?” Jawab pemuda itu, “Aku hanyalah seorang manusia biasa”. Nabi Sulaiman bertanya lagi, “Apakah yang membuat kamu memperolehi kemuliaan sedemikian rupa? Apakah amal yang pernah engkau kamu lakukan sehingga Allah menurunkan rahmat dan berkah yang tidak ternilai ini kepada kamu?” Pemuda itu berkata, “Saya berbakti kepada kedua ayah dan ibuku”.

Nabi Sulaiman bertanya lagi, “Bagaimanakah kamu berbakti kepada orang tuamu?” Jawab pemuda itu, “Saya memelihara mereka berdua sehingga mereka lanjut usia. Kedua ayah dan ibuku adalah orang yang soleh, mereka sangat takut dan taat kepada Allah. Sejak saya kecil hingga dewasa, mereka memelihara saya dengan baik sekali, mereka juga selalu mendoakan saya agar saya menjadi seorang yang soleh. Bapa saya meninggal dunia dalam usia lanjut dalam pemeliharaan saya dan yang tinggal hanya ibu saya yang sudah tua, lemah dan sakit serta matanya buta dan kakinya lumpuh”.

Sambung pemuda itu lagi, “Saya satu-satunya orang yang merawat dan menguruskan keperluannya. Saya selalu mengangkatnya untuk mandi dan saya memandikannya. Segala urusan makan dan minum saya uruskan dan sayalah yang menyuap makanan padanya. Ibu saya selalu mendoakan supaya saya dikurniakan ketenangan dan kepuasan dalam hidup serta memberikan saya setelah wafatnya sebuah tempat yang bukan di dunia atau pun di langit. Setelah ibu saya wafat, saya berjalan-jalan di tepi laut dan saya lihat ada suatu kubah dari mutiara. Saya mendekati kubat tersebut dan pintu kubah terbuka. Apabila saya masuk ke dalam, pintu kubah ini tertutup, maka tidaklah saya ketahui sama ada saya berada di bumi atau langit”.

Nabi Sulaiman bertanya, “Kamu hidup di zaman mana?” Pemuda itu menjawab, “Saya hidup di zaman Nabi Ibrahim A.S”. Nabi Sulaiman mengirakan umur pemuda tersebut dan dalam kiraannya umur pemuda itu telah mencapai 14,000 tahun, tetapi tiada satu uban pun pada rambutnya. Nabi Sulaiman lalu bertanya, “Apakah tuan merasakan nikmat Allah? Bagaimana Allah memberikan rezeki padamu dalam kubah ini?” Pemuda itu berkata, “Setelah saya berada di dalam kubah ini, maka tahulah saya bahawa Allah telah menciptakan syurga khusus buat saya”.

Nabi Sulaiman teringin sangat melihat syurga yang pemuda itu katakan. Kemudian pemuda itu pun berdoa kepada Allah lalu susana di dalam kubah yang gelap tiba-tiba bertukar menjadi terang-benderang. Terkejut Nabi Sulaiman sambil berkata, “Maha suci Allah seru sekian alam”. Satu pemandangan yang tak ada di dunia ini terpampang di hadapan Nabi Sulaiman dan rombongannya di mana terdapat pokok-pokok, kebun yang indah, kolam air susu dan madu serta suara-suara yang merdu di dalamnya.

Pemuda itu berkata, “Jika saya lapar, saya makan bermacam-macam buah-buahan yang pelbagai macam cita rasa, semua makanan yang saya ingin akan tersedia dan kalau saya haus, akan tersedia pula bermacam-macam jenis minuman yang paling lazat”. Nabi Sulaiman bertanya lagi, “bagaimana kamu dapat mengetahui siang atau malam?” Jawab pemuda itu, “Apabila terbit fajar maka kubah ini akan menjadi putih dan apabila matahi terbenam kubah ini akan menjadi gelap”. Kata pemuda itu lagi, “Cukuplah, sebab saat ini saya harus mengadap kembali pada Allah untuk solat dan zikir, bertasbih dan mengsucikan serta memuji kebesaranNya”.

Nabi Sulaiman dan rombongannya segera keluar dari kubah tersebut dan pemuda itu berdoa kepada Allah, lalu tertutuplah kembali kubah itu. Nabi Sulaiman termenung sejenak memikirkan peristiwa yang dilihatnya sebentar tadi dan mengarahkan Ashif bin Barkhiya untuk membawa kubah tersebut kembali ke dalam laut di tempat asalnya.

Setelah itu Nabi Sulaiman berkata kepada rombongannya, “Untuk pertama kali aku menjumpai tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah, aku bersyukur kepada Allah dan semoga bertambah iman dalam sanubariku. Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan aku bersaksi bahawa tiada tuhan melainkan Allah, Allah Maha Besar dan tiada daya dan kekuatan apa pun di dunia ini melainkan dengan kehendak Allah S.W.T”.

5 Syarat Ibrahim Adham jika mahu buat maksiat

Share

Terasa diawasi Tuhan

Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat.”

Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, “Jika kamu mahu menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka bolehlah kamu melakukan maksiat.”
Lelaki itu dengan tidak sabar-sabar bertanya, “Apakah syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?”

Ibrahim bin Adham berkata, “Syarat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezekinya.”

Mendengar itu dia mengenyitkan kening seraya berkata, “Dari mana aku mahu makan? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?”

“Ya!” tegas Ibrahim bin Adham. “Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar laranganNya?”

“Yang kedua,” kata Ibrahim, “Kalau mahu bermaksiat, jangan tinggal di bumiNya!”

Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati.

Ibrahim kembali berkata kepadanya, “Wahai Abdullah, fikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezekiNya dan tinggal di bumiNya, sedangkan kamu melanggar segala laranganNya?”

“Ya! Anda benar.” kata lelaki itu.

Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga. Ibrahim menjawab, “Kalau kamu masih mahu bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat olehNya!”

Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, “Wahai Ibrahim, ini nasihat macam mana? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?”

“Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?” kata Ibrahim.

Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat. Ibrahim melanjutkan, “Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya; Ketepikan kematianku dulu. Aku masih mahu bertaubat dan melakukan amal soleh.”

Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersedar, “Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?”

“Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahawa kamu tidak boleh menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau boleh lari dari kemurkaan Allah?”

“Baiklah, apa syarat yang kelima?”

Ibrahim pun menjawab, “Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya.”

Perkataan tersebut membuat lelaki itu insaf. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya.”

Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran. “Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah.” katanya sambil terisak-isak.

Kisah lelaki yang memukul Ibrahim bin Adham

Share

Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya seseorang mukmin itu dapat mencapai darjat orang yang berpuasa yang mendirikan sembahyang ditengah malam disebabkan akhlaknya yang mulia

Ketika sedang berjalan, Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang lelaki yang tidak dikenalnya lalu bertanya kepadanya, “Engkau seorang hamba?”

Jawab Ibrahim, “Ya”.

“Di mana tempat perkampungan terdekat?” tanya lelaki itu.

Ibrahim segera saja mengarahkan jari telunjuknya ke perkuburan yang ada di dekat situ sambil berkata, “Itulah perkampungan yang sebenarnya, sebuah perkampungan hakiki”.

Lelaki itu mundur sedikit lalu dengan perasaan kurang senang berkata, “Aku menanyakan letak perkampungan, mengapa kamu menunjukkan pekuburan kepadaku? Apa kamu hendak mengolok-olok aku?”.

Dengan penuh kemarahan, lelaki itu memukul kepala Ibrahim dengan tongkatnya sehingga darah bercucuran dari kepala Ibrahim.

“Pukullah kepala yang telah lama berbuat dosa kepada Allah ini”, kata Ibrahim bin Adham sambil berusaha menghentikan aliran darah dari kepalanya.

Lelaki itu kemudian pergi. Kejadian ini diketahui oleh orang yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Ia lalu menghampiri pendatang tadi dan berkata, “Hai lelaki, tahukah maksiat yang telah kamu lakukan hari ini? Kamu baru saja memukul kepala orang yang paling banyak beribadah di zamannya. Kamu baru saja memukul Syeikh Ibrahim bin Adham, seorang alim yang terkenal.”

Mendengar ini, lelaki itu segera kembali mendatangi Ibrahim lalu meminta maaf. Ibrahim kemudiannya ditanya olehnya, mengapa dia mengaku dirinya hamba.

Jawab Ibrahim, “Kamu tidak bertanya: Engkau hamba siapa. Kamu hanya bertanya engkau seorang hamba. Kerana itulah aku menjawab ‘ya’ kerana aku adalah hamba Allah. Dan apabila kamu menyebat kepalaku, aku telah pun berdoa agar Allah memasukkan kamu ke dalam syurga.”

“Bagaimana mungkin?”, seru lelaki itu dengan perasaan lega bercampur hairan. “Kerana, ketika kamu memukul kepalaku, aku bersabar, dan balasan bagi orang yang sabar tidak lain adalah syurga. Jadi, tidaklah layak jika aku masuk surga kerana kamu, tetapi kemudian aku mendoakanmu masuk neraka. Ini juga bukanlah sikap yang bijaksana”, jelas Ibrahim bin Adham.

Begitulah sifat mukmin sejati. Akhlaknya mulia walaupun dihina dan disakiti oleh orang lain, dan di dalam hatinya, tidak terdetik untuk membalas dendam, sebaliknya mendoakan kesejahteraan terhadap orang yang menzaliminya.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: “Takutlah doa orang yang dizalimi sekalipun ia seorang kafir kerana sesungguhnya tidak ada halangan di antara doanya dengan Allah”.(Riwayat Ahmad)

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Sesungguhnya seseorang mukmin itu dapat mencapai darjat orang yang berpuasa yang mendirikan sembahyang ditengah malam disebabkan akhlaknya yang mulia”. (Riwayat Abu Daud)

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:”Bukankah aku telah memberitahu kamu semua tentang orang yang diharamkan masuk ke neraka atau orang yang diharamkan ke atasnya neraka? Mereka ialah orang yang berdamping rapat dengan orang ramai (baik pergaulannya), hatinya tenang, berlemah lembut serta mudah dibawa berunding.” (Riwayat At-Tirmizi)

KISAH DUA ORANG SAHABAT DAN POHON KURMA

Share

Sifat atau watak seorang kawan terhadap kawannya

Pernah suatu hari, telah dikhabarkan kisah dua orang sahabat yang sangat indah. Semenjak keduanya bersahabat, mereka tidak pernah bergaduh, masing-masing amat menjaga hati masing-masing. Indahnya lukisan kehidupan mereka, jika hendak dikhabarkan seribu satu kisah cinta, langsung tak tertanding dengan kisah persahabatan mereka. Allah menaungi ukhwah kedua-dua sahabat ini, langsung tak terusik oleh syaitan dan iblis. Mereka berkongsi kisah suka dan duka, tawa dan tangis bersama, susah dan senang, sakit dan sihat bersama, dan segala sesuatu mereka sandarkan kepada Allah SWT. Hinggalah pada suatu hari, di tepian pantai, sedang keduanya asyik bercerita kisah hidup masing-masing, maka sahabat pertama bertanya kepada sahabat kedua;

“Semoga Allah memberkatimu wahai sahabatku sehati sejiwa. Persaudaraan kita bukan suatu kebanggaan, bukanlah suatu keseronokan. Orang ramai mendoakan kita. Tumbuh-tumbuhan dan segala jenis makhluk tunduk sujud kepada kita. Sehingga ke hari ini, apakah kamu masih mengaku aku sebagai sahabat seperjuanganmu?”

Sahabat kedua menjawab, “Semoga Allah memberkati mu jua. Tanpa Allah siapalah aku, aku bersyukur dengan nikmat pemberian Allah yang tak ternilai di hadapan mataku ini. Dia utuskan kamu untuk menyinari hidupku, memadam kesan-kesan hitam dalam hidupku, menyiram aku dengan curahan air cinta kepada Yang Satu. Masakan tidak aku mengaku kau sebagai sahabat seperjuanganku. Inilah tekadku, aku amat bersyukur ke hadrat Allah kerana dikurniakan sahabat sepertimu..”

“Sesungguhnya iblis dan syaitan amat benci pada kita. Mereka benci kerana kita berkasih sayang kerana Allah. Sampai sekarang, mereka masih gagal. Namun mereka tak pernah berputus asa. Jarum kedengkian, hasad, fitnah, tuduh-menuduh, riya’ dan takbur serta ‘ujub akan mereka cucuk supaya dapat memisahkan persaudaraan kita. Apakah kau tidak takut wahai sahabatku?” Tanya sahabat pertama.

Dengan tenang, sahabat kedua menjawab, “InsyaAllah, aku yakin dengan peliharaan Allah SWT kepada kita hingga ke hari akhirat nanti. Semoga ditetapkan hati kita tidak lain hanya kerana Allah SWT, serta dijauhi dari sifat-sifat tersebut. Na’uzubillah…”

Maka kedua-dua sahabat itu pun berdoa bersama-sama. Memanjatkan kesyukuran ke hadrat Allah SWT. Segala penduduk langit dan bumi mendoakan kebahagiaan mereka berdua.

Ditakdirkan pada suatu hari, sedang kedua-dua sahabat itu bersiar-siar di sebuah taman, sambil bertasbih memuji Allah SWT, mengagungkan kebesaran Allah SWT, tiba-tiba mereka terlihat sebuah pohon kurma yang lebat buahnya. Telah diketahui bahawa taman itu adalah taman yang tidak bertuan milik, dan pengunjung bebas memetik buah-buahan di situ. Maka sahabat kedua memohon izin kepada sahabat pertama untuk pergi memetik buah kurma tersebut. Maka dipetiknya beberapa biji sahaja, sekadar mengisi perut yang lapar.

Maka keduanya menikmati buah kurma tersebut dengan penuh kesyukuran. Tiba-tiba sahabat pertama bersuara, “Maafkan aku sahabatku. Baru sahaja aku teringat bahawasanya pohon ini bertuan milik. Kita telah makan buah kurma milik orang lain. Adalah suatu dosa bagi kita memakan sesuatu yang bukan halal bagi kita tanpa kita meminta izin terlebih dahulu. Salah aku kerana terlambat memberitahumu.”

“Benarkah? Jikalau begitu, kita telah dikira mencuri. Astaghfirullahal azim, aku merasa bersalah kerana memetik buah itu. Apa harus kita buat? Patutkah kita memberitahu tuan punya milik pohon tersebut akan kesalahan kita?” Sahabat kedua bertanya.

“Tidak, aku tak mampu memikirkan jalan penyelesaian buat masa sekarang. Hakikatnya memang salah aku. Aku merasa berdosa yang teramat sangat.” Keluh sahabat pertama.

“Jangan risau sahabatku fillah. Allah bersama orang-orang yang benar. Kita harus berlaku jujur. Mari kita berjumpa dengan tuan pemilik pohon ini. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa kita. Moga tuan milik pohon ini menghalalkan kita kerana memakan buahnya. Aku rela bekerja seumur hidup jika disuruhnya begitu, demi menghalalkan apa yang telahku makan ini. Aku lebih takutkan seksaan Allah SWT.” Sahabat kedua memujuk sahabat pertama.

Namun, sahabat pertama enggan menurut sahabat kedua. Dia berasa amat bersalah kerana gagal memberitahu perkara sebenar tentang pohon tersebut.

“Bagaimana jika tuan pemilik pohon ini enggan menghalalkan buah yang telah kita makan ini?” Tanya sahabat pertama.

Sahabat kedua termenung seketika. Dia mulai ragu-ragu.

“Aku mencadangkan kita tak perlu berjumpa dengan tuan pemilik pohon ini. Aku khuatir dia enggan memaafkan kita. Maka seluruh darah dan daging kita tidak halal di sisi Allah.” Sahabat pertama memberi cadangan.

“Kalau begitu, sama sahajalah pengakhirannya. Lebih dahsyat lagi Allah murka atas perbuatan kita. Dia melihat perbuatan kita, Dia tahu yang kita telah melakukan maksiat dan cuba menyembunyikannya. Aku amat takut. Seeloknya aku mencadangkan kita berjumpa tuan pemilik pohon ini. InsyaAllah dengan rahmat Allah, tuan pemilik pohon ini memaafkan dan menghalalkan apa yang telah kita makan. Aku tak mahu tergolong dalam kalangan orang yang dilaknat oleh Allah SWT di akhirat kelak nanti.” Sahabat kedua meyakinkan sahabat pertama.

“Kalau begitu, engkau pergi seoranglah. Aku tidak mahu. Sebagai sahabatku, harap kau jangan laporkan kepadanya yang aku turut sama makan buah kurma itu ya. InsyaAllah suatu hari nanti aku akan cuba bertaubat kepada Allah SWT atas kesalahanku ini. Mudah-mudahan Dia mengampuni aku. Aku belum cukup kuat berjumpa dengannya,” kata sahabat pertama.

Sahabat kedua amat terkejut dengan pendirian sahabat pertama. Lalu dia berkata, “Astaghfirullah, bukan dengan cara begini, Allah akan ampunkan dosa kita wahai sahabatku. Kelak akan dipersaksikan di akhirat kelak akan perbuatan terkutuk kita!”

“Ya aku faham. Tapi aku merasakan inilah jalan penyelesaian terbaik. Kita bertaubat sahaja. Allah akan mengampuni dosa kita. Pintu taubatnya sentiasa terbuka bagi hambaNya yang bertaubat kepadaNya.” Sahabat pertama masih enggan.

“Wahai sahabatku, janganlah kita dihina di hadapan Allah kelak atas perbuatan kita ini. Aku sebagai sahabatmu tidak sanggup melihat sahabatku ini menjadi penghuni neraka hanya kerana hal yang kecil sebegini. Islam mengajar kita supaya berlaku jujur!” tegas sahabat kedua.

“Ah, pedulikan! Aku tidak mahu berjumpa dengan tuan pemilik pohon ini. Lagipun sama sahaja kalau dia enggan menghalalkan apa yang telah kita lakukan ini. Kau mahu pergi, kau pergilah, aku tetap dengan pendirianku! Biarkan aku! Kalau kau rasakan aku tidak layak menjadi sahabatmu kerana ‘dosa’ku pada pandanganmu, maka biarkan aku!” Pengakuan sahabat pertama ini membuatkan sahabat kedua terkejut. Dia tidak menyangka bahawa kata-kata tersebut akan keluar dari mulut sahabatnya itu.

Tiba-tiba sahabat kedua menangis. Maka dengan perlahan dia berkata kepada sahabat pertama, “Sungguh aku tak sangka dengan pendirianmu ini. Kau telah berubah, astaghfirullah, syaitan benar-benar telah mempengaruhimu. Aku masih ingat kau pernah bertanya kepadaku suatu ketika dahulu, apakah aku tidak takut akan jarum-jarum syaitan yang akan memisahkan persaudaraan kita? Aku meyakinkanmu dengan jawapanku. Aku yakin dengan peliharaan Allah. Tapi, memang benar apa yang dikatakanmu. Kau telah berubah. Jarum syaitan telah menusuki tubuhmu. Aku sangat kecewa dengan perubahan dalam dirimu.”

“Kau sudah tidak memahamiku lagi. Kau benar-benar bukan sahabatku. Maka terpulanglah, pergilah kau kepada tuan si pemilik pohon. Aku dengan pendirianku ini. Mulai hari ini, kita bukanlah sahabat sejati,” kata sahabat pertama.

“Baiklah, pergilah engkau dengan sikap engkau itu. Aku benar-benar kecewa. Jika benar kau membenciku, maka tinggalkanlah aku di sini. Aku tak sanggup melihatmu dengan pendirianmu ini. Aku tak rela sahabatku berubah jadi begini. Kau telah mendustai kata-katamu suatu ketika dahulu. Mulai hari ini, aku terima permintaanmu, kita bukan lagi sahabat. Pergilah engkau bertaubat, semoga Allah mengampuni engkau,” maka sahabat kedua menangis. Lalu sahabat pertama beredar dari situ. Kebencian merajai segenap hatinya….

Di dalam sebuah gua, terdengar tangisan teresak-esak seorang lelaki. Suara laksana orang sedang berdoa.

“Ya Allah, memang benar apa yang aku alami. Sahabatku benar-benar membenciku kerana kejahatanku. Dia benar-benar sudah tidak mengakuiku sebagai sahabatnya. Apabila aku berlagak seperti seorang pengkhianat, dan aku berlakon seperti seolah-olah aku menafikannya sebagai sahabatku, maka memang benar dia menolakku. Sudah ku duga bahawa dia mengakui aku sebagai sahabatnya hanya kerana kebaikan yang ada padaku. Apabila aku jahat, maka aku bukan lagi sahabatnya. Dia tidak berusaha mendapatkanku. Ku harapkan dia mengejarku, namun dia menghukum aku sebagai pendusta pula. Ya Allah, namun begitu, aku menghalalkan apa yang telah dimakannya, akulah pemilik pohon kurma itu, ampunilah dosa sahabatku ini.”

Sahabat pertama tunduk sujud dan menangis dalam gua yang gelap gelita itu.

Share

Bagaimana Rasulullah S.A.W bermesra dengan isterinya.

Sabda Rasulullah SAW: Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

Ketika kita menempuh bahtera rumah tangga, ketika kita sedang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, kita dianjurkan untuk melihat kembali kecintaan kita kepada keluarga Nabi. Dalam memperkuat kecintaan kita kepada keluarga Nabi di dalam mengayuh bahtera keluarga, kita diwajibkan meneladani perilaku kehidupan keluarga Rasulullah, baik perilaku terhadap isteri mahupun anak.

Dalam menggauli dan memperlakukan isteri-isteri Baginda, Rasulullah s.a.w. senantiasa menghormati dan menjaga perasaan isteri-isterinya melebihi suami-suami yang lainnya. Satu saat ketika Rasulullah hendak melaksanakan solat malam, beliau dekati isterinya Aisyah sampai Aisyah berkata: Di tengah malam beliau mendekatiku dan ketika kulitnya bersentuhan dengan kulitku beliau berbisik, “Wahai Aisyah, izinkan aku untuk beribadah kepada Tuhanku.”

Kita bayangkan betapa besar penghormatan Rasulullah kepada isterinya sampai ketika beliau hendak melakukan solat malam, beliau terlebih dahulu meminta izin kepada isterinya pada tengah malam, di saat isterinya memerlukannya. Pada izin Rasulullah itulah tergambar kecintaan dan penghormatan terhadap isterinya.

Nabi adalah sosok yang sangat sabar dalam memperlakukan isterinya. Hal ini terlihat ketika suatu hari ada salah seorang isterinya datang dengan membawa makanan untuk dikirim kepada Rasulullah yang sedang tinggal di rumah Aisyah. Aisyah dengan sengaja menjatuhkan kiriman makanan itu hingga piringnya pecah dan makanannya jatuh berderai. Rasulullah hanya mengatakan, “Wahai Aisyah, kifaratnya adalah mengganti makanan itu dengan makanan yang sama.”

Rasulullah mengecam suami-suami yang suka memukuli isteri-isterinya sampai Rasulullah berkata, “Aku hairan melihat suami-suami yang menyeksa isterinya padahal dia lebih patut disiksa oleh Allah SWT.”

Nabi pun mengecam suami-suami yang menghinakan isteri-isterinya, tidak menghargainya, tidak mengajaknya bicara, dan tidak mempertimbangkan isterinya dalam mengambil keputusan. Nabi bersabda, “Tidak akan pernah memuliakan isteri kecuali lelaki yang mulia dan tidak akan pernah menghinakan isteri kecuali lelaki yang hina.” Kerana itu marilah kita berusaha menjadi suami yang mulia yang menempatkan isteri pada tempat yang mulia.

Kemesraan pasangan adalah penting untuk mengekalkan keharmonian rumahtangga dan Rasulullah s.a.w. telah mencontohkan kemesraan tersebut dengan isteri-isteri baginda.

Tidur dalam satu selimut bersama isteri

Dari Atha’ bin Yasar: “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. dan Aisyah r.a. biasa mandi bersama dalam satu bejana. Ketika baginda sedang berada dalam satu selimut dengan Aisyah, tiba-tiba Aisyah bangkit. Baginda kemudian bertanya, “Mengapa engkau bangkit?” Jawab Aisyah, “kerana saya haid, wahai Rasulullah.” Sabda Rasulullah, “Kalau begitu, pergilah, lalu berkainlah dan dekatlah kembali padaku.” Aku pun masuk, lalu berselimut bersama beliau.” (Hadis Riwayat Sa’id bin Manshur)

Memberi wangi-wangian pada aurat

Aisyah berkata, “sesungguhnya Nabi s.a.w. apabila meminyaki badannya, baginda akan memulai daripada auratnya menggunakan nurah (sejenis serbuk pewangi) dan isteri baginda meminyaki bahagian lain tubuh Rasulullah s.a.w. (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

Meminta isteri meminyaki badan

Dari Aisyah r.a, beliau berkata, “Saya meminyaki badan Rasulullah s.a.w. pada hari Raya ‘Aidil Adha’ setelah beliau melakukan jumrah aqabah.” (Hadis Riwayat Ibnu ‘Asakir)

Mandi bersama isteri

Dari Aisyah r.a. beliau berkata, “Aku biasa mandi bersama Nabi s.a.w. menggunakan satu bejana. Kami biasa bersama-sama memasukkan tangan kami (ke dalam bejana tersebut).” (Hadis riwayat Abdurrazaq dan Ibnu Abu Syaibah)

Disikatkan oleh isteri

Dari Aisyah r.a, beliau berkata, “Saya biasa menyikat rambut Rasulullah s.a.w, ketika itu saya sedang haid.” (Hadis Riwayat Ahmad)

Rasulullah S.A.W. bersabda bermaksud: Makanan yang disediakan oleh isteri kepada suaminya lebih baik dari isteri itu mengerjakan haji dan umrah

Minum bergantian pada tempat yang sama

Daripada Aisyah r.a., dia berkata: “Saya biasa minum dari cawan yang sama walaupun ketika haid. Nabi mengambil cawan tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut, lalu Baginda minum, kemudian saya mengambil cawan tersebut dan lalu menghirup isinya, kemudian Baginda mengambilnya dari saya, lalu Baginda meletakkan mulutnya pada tempat saya letakkan mulut saya, lalu Baginda pun menghirupnya. ” (Hadis Riwayat Abdurrazaq dan Said bin Manshur)

Membelai isteri

“Adalah Rasulullah s.a.w. tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (isterinya) seorang demi seorang. Baginda menghampiri dan membelai kami tetapi tidak bersama sehingga Baginda singgah ke tempat isteri yang menjadi giliran Baginda, lalu Baginda bermalam ditempatnya. ” (Hadis Riwayat Ahmad)

Mencium isteri

Dari Aisyah r.a, “bahawa Rasulullah s.a.w. biasa mencium isterinya setelah mengambil wuduk, kemudian Baginda bersembahyang dan tidak mengulangi wuduknya.” (Hadis Riwayat Abdurrazaq)

Dari Hafshah, puteri Umar r.a., “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. biasa mencium isterinya sekalipun sedang berpuasa.” (Hadis Riwayat Ahmad).

Berbaring di pangkuan isteri

Dari Aisyah r.a., “Nabi s.a.w. biasa meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haid, kemudian beliau membaca Al-Quran.” (Hadis Riwayat Abdurrazaq)

Memanggil dengan panggilan mesra

Rasulullah s.a.w. biasa memanggil Aisyah dengan beberapa nama panggilan yang di sukainya seperti Aisy dan Umairah (pipi merah delima).

Menyejukkan kemarahan isteri dengan mesra

Nabi s.a.w. biasa memicit hidung Aisyah jika dia marah dan Baginda berkata, “Wahai Uwaisy, bacalah doa: Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan. ” (Hadis Riwayat Ibnu Sunni)

Membersihkan titisan darah haid isteri

Dari Aisyah r.a., dia berkata, “Aku pernah tidur bersama Rasulullah s.a.w. di atas satu tikar ketika aku sedang haid. Apabila darahku menitis di atas tikar itu, Baginda mencucinya pada bahagian yang terkena titisan darah dan baginda tidak berpindah dari tempat itu, kemudian beliau sembahyang di tempat itu pula, lalu Baginda berbaring kembali di sisiku. Apabila darahku menitis lagi di atas tikar itu, Baginda mencuci pada bahagian yang terkena titisan darah itu saja dan tidak berpindah dari tempat itu, kemudian baginda pun sembahyang di atas tikar itu.” (Hadis Riwayat Nasai)

Memberikan hadiah

Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamsh, ia berkata, “Ketika Nabi s.a.w. menikah dengan Ummu Salamah, Baginda bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengagak hadiah itu akan dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu.” Dia (Ummu Kaltsum) berkata, “Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah s.a.w. dan hadiah tersebut dikembalikan kepada Baginda, lalu Baginda memberikannya kepada masing-masing isterinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut Baginda berikan kepada Ummu Salamah.” (Hadis Riwayat Ahmad)

Segera menemui isteri apabila tergoda

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi s.a.w. pernah melihat wanita, lalu Baginda masuk ke tempat kediaman Zainab, untuk melepaskan keinginan Baginda kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa syaitan. Apabila seseorang di antara kamu melihat wanita yang menarik, hendaklah ia mendatangi isterinya kerana pada diri isterinya ada hal yg sama dengan yang ada pada wanita itu.” (Hadis Riwayat Tirmizi)

Begitu indahnya kemesraan Rasulullah s.a.w. kepada para isteri Baginda, memberikan gambaran betapa Islam sangat mementingkan sikap kerana sikap dan perbuatan baik cara yang paling efektif menyatakan rasa cinta, kasih dan sayang antara suami dan isteri. Inilah teladan yg perlu dicontohi.

Berkhidmat pada isteri

Salah satu ibadah yang paling besar di dalam Islam adalah berkhidmat kepada isteri. Rasulullah bersabda, “Duduknya seorang lelaki dengan isterinya kemudian membahagiakan isterinya, pahalanya sama dengan orang yang itikaf di masjidku.”
Kita dapat saksikan para jemaah haji ketika tinggal selama seminggu di sana mereka berusaha melakukan itikaf dengan sebaik-baiknya di masjid Nabawi. Kita akan memperoleh pahala yang sama seperti itikafnya para jamaah haji kalau kita duduk bersama isteri dan berusaha membahagiakan, memberikan ketenteraman dan keselesaan kepadanya.

Begitu pula bagi para isteri. Mereka haruslah menjadi seorang isteri seperti Khadijah Al-Kubra. Khadijah adalah sosok isteri yang sangat dicintai oleh suaminya. Selama Rasulullah menikah dengannya, Rasulullah tidak pernah memikirkan the other women beside her, wanita lain di samping Khadijah. Rasulullah hidup dalam suasana yang penuh dengan kecintaan dan kasih sayang.

Cinta kasih Nabi terhadap Khadijah tergambar dalam riwayat berikut ini: Setelah Khadijah meninggal dunia, Rasulullah menikah dengan Aisyah. Suatu hari Rasulullah sedang berada di depan rumah. Tiba-tiba Rasulullah meninggalkan Aisyah menuju kepada seorang perempuan. Rasulullah memanggilnya dan menyuruh perempuan itu duduk di hadapan-nya kemudian mengajaknya berbicara.

Sabda Rasulullah S.A.W. - Wanita apabila ia sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadhan, memelihara kehormatan serta taat pada suami, maka masuklah mana-mana pintu syurga yang ia kehendaki.

Aisyah bertanya, “Siapakah perempuan tua ini?” Rasulullah menjawab, “Inilah sahabat Khadijah dulu.” Lalu Aisyah berkata, “Engkau sebut-sebut juga Khadijah padahal Allah telah menggantikannya dengan isteri yang lebih baik.”

Ketika itu marahlah Nabi sampai bergoncang rambut di atas kepalanya. Lalu beliau berkata, “Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan Khadijah. Dialah yang memberikan kepadaku kebahagiaan ketika orang menghinaku. Dialah yang menghiburku dalam penderitaan ketika semua orang membenciku. Dialah yang memberikan seluruh hartanya kepadaku ketika semua orang menahan pemberiannya. Dan dialah yang menganugerahkan kepadaku anak ketika isteri-isteri yang lain tidak memberikannya. ” Mendengar itu Aisyah tidak dapat memberikan jawaban. Hadis ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Dalam ucapan Rasulullah itu, selain terkandung kecintaan Rasul terhadap Khadijah, juga terkandung kebaktian Khadijah terhadap suaminya. Khadijahlah yang menghibur suaminya ketika dalam perjuangan dilanda berbagai penderitaan. Khadijahlah yang mengorbankan seluruh hartanya ketika suaminya memerlukan. Khadijahlah yang mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Sehingga Rasul berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan Khadijah.”

Kepada para isteri, jadilah seperti Khadijah yang setiap saat rela mengorbankan apa pun demi kebahagiaan suami. Yang di saat-saat suami ditimpa duka dan kesusahan siap berdiri di sampingnya, memberikan hiburan dan kebahagiaan kepadanya dengan seluruh jiwa dan raga.

Kebaktian kepada suami di dalam Islam dianggap ibadah yang utama. Sampai Rasulullah bersabda, “Kalau seorang perempuan memberikan setitis minum kepada suaminya atau memindahkan barang dari rumahnya ke tempat yang lain untuk membahagiakan suaminya, maka pahalanya sama dengan melakukan ibadah satu tahun.” Oleh sebab itu, hormatilah suami. Berikan kepadanya penghormatan yang sepenuhnya dan berikanlah kecintaan yang sepenuhnya. Insya Allah, Tuhan akan berkati keluarga yang seperti demikian.

APA KATA RASULULLAH TENTANG WANITA DAN ISTERI

1. Dunia ini ialah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan iaitu wanita (isteri) yang solehah.
(Riwayat Muslim)

2. Mana-mana perempuan yang memakai bau-bauan kemudian ia keluar melintasi kaum lelaki ajnabi, agar mereka mencium bau harumnya,maka iaa dalah perempuan zina, dan tiap-tiap mata yang memandang itu adalah zina. (Riwayat Ahmad,Thabrani dan Hakim)

3. Dikahwini wanita itu kerana empat perkara: kerana hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya. Maka carilah yang kuat beragama, nescaya kamu beruntung.

4. Wanita apabila ia sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadhan, memelihara kehormatan serta taat pada suami, maka masuklah mana-mana pintu syurga yang ia kehendaki. (RiwayatAhmad Ibnu Hibban, Thabrani, Anas bin Malik)

5. Perempuan yang melabuhkan pakaian dalam keadaan berhias bukan untuk suaminya dan muhrimnya adalah seumpama gelap gelita di hari khiamat, tiada nur baginya.(Riwayat Termizi)

6. Apabila lari seorang wanita dari rumah suaminya, tidak diterima sembahyangnya sehingga ia kembali dan menghulurkan tangan kepada suaminya (meminta maaf). (Riwayat dari Hassan)

7. Wanita yang taat pada suami, semua burung-burung diudara, ikan di air, malaikat di langit, matahari dan bulan semuanya beristighfar baginya selama ia masih taat pada suaminya dan diredhainya serta menjaga sembahyang dan puasanya. (Riwayat Muaz bin Jabal)

8. Mana-mana wanita yang berdiri di atas kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka. Tiap-tiap wanita yang menolong suaminya di dalam urusan agama, maka Allah memasukkannya dalam syuga lebih dahulu dari suaminya (sepuluh ribu tahun) kerana dia memuliakan suaminya di dunia maka mendapat pakaian dan bau-bauan syurga untuk turun ke mahligai suaminya dan menghadapnya.

Ya Fatimah, jika seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya dan memotong misainya dan mengerat kukunya, memberi minum Allah akan dia sungai syurga, diiringi Allah baginya sakaratul maut dan akan didapati kubur menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga serta mencatatkan Allah baginya kelepasan dari neraka dan selamatlah ia melintasi titian Siratul-mustaqim. (Riwayat Muaz bin Jabal)

9. Mana-mana wanita yang berkata kepada suaminya “tidak pernah aku dapat dari engkau satu kebajikan pun”. Maka Allah akan hapuskan amalannya selama 70 tahun, walaupun ia berpuasa siang hari dan beribadah pada malam hari.

10. Apabila wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya, Allah mencatatkan baginya setiap hari seribu kebajikan dan menghapus baginya seribu kejahatan. Apabila wanita mulai sakit untuk bersalin, Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah. Apabila wanita melahirkan anak keluarlah dosa-dosa darinya seperti keadaan ibunya melahirkannya.

Monday, August 2, 2010

Ahlan wa sahlan ya Ramadhan Kareem

Moga-moga kedatangan Ramadhan pada tahun ini dapat kita bersama-sama mengisinya dengan penuh penghayatan sebagai bulan tarbiyyah dan tahzib diri semoga kita berada lebih dekat disisi-Nya. Selamat Berpuasa.

Dinar Mas dalam Syariat Islam['amalan yang dilupai]

Imam Malik radiallahu'anhu telah menjelaskan kepada kita bahawa wang ialah apa-apa barangan yang lazimnya diterima pakai sebagai bahan tukaran. Menurut sejarah Islam, tiada barangan yang boleh dipaksa menjadi wang kerana manusia bebas menggunakan apa sahaja barangan sebagai tukaran. Wang kertas seperti dolar Amerika Syarikat tidak ada sifat 'ayn (barangan lazim yang ketara) malahan nilainya dipaksa oleh kuasa pasaran. Jika kertas dianggap sebagai barangan pun nilainya hanyalah mengikut berat kertas dan bukan menurut nilai nombor yang tertera di atasnya.

Wang kertas mungkin hanya boleh dianggap sebagai 'dayn' kerana ianya bukan barangan ketara atau sebagai resit hutang untuk pemilikan emas atau perak (itu pun jika ada sandaran antara kertas dengan emas). Tetapi hukum Islam tidak membenarkan hutang dijadikan suatu bahan tukaran. Penggunaannya pun mestilah terhad sebagai kontrak peribadi. Di dalam Kitab Al-Muwatta (31.19.44) ada diriwayatkan tentang resit-resit yang dijual beli di Pasar Al-Jar sebelum barangan sampai. Marwan ibn al-Hakam telah menghantar pengawalnya untuk mengambil semula resit tadi dan mengembalikan kepada tuan asalnya.

Sejarah Islam telah menunjukkan kepada kita bahawa wang emas (Dinar) dan wang perak (Dirham) telah digunakan sehinggalah berakhirnya Kerajaan Islam Turki. Piawaian menurut berat yang dikenali sebagai Piawaian Khalifah Umar Al-Khattab radiallahu'anhu menentukan iaitu 10 dirham bersamaan dengan 7 dinar. Setiap Dinar mestilah ada 4.25 gram emas dan setiap Dirham ada 3 gram perak. Dinar dan Dirham telah digunakan untuk urusan perniagaan, menabung dan juga untuk membayar zakat (Umar Vadillo 1996).

Umar Vadillo juga menyatakan dalam buku yang sama bahawa Shaykh Muhammad 'Illish (1802-1881), seorang pakar pengajian fikah di Universiti Al-Azhar telah menyebut di dalam fatwa beliau bahawa wang kertas tidak dizakatkan sebagaimana wang emas dan wang perak kerana ia dianggap sebagai fulus (wang syiling tembaga) atau loose change. Ia hanya mewakili wang dan tiada nilai barangan. (Lihat fatwa beliau dalam terjemahan Al-Fath Al-'Ali Al- Maliki ms 164-165).

Wang kertas bukan barangan. Jika hendak dizakat pun mestilah diukur menurut berat bukan menurut nilai tertulis yang boleh pula berubah nilai tukarannya dengan wang kertas lain.
Dalam Islam mata wang sememangnya berkait rapat dengan kerajaan. Kajian Umar Vadillo juga menunjukkan bahawa Al-Qurtubi dalam Tafsir beliau telah memberi tafsiran tentang ayat al-Quran yang bermaksud:

"Wahai orang yang beriman! Patuhlah kepada Allah dan patuhlah kepada Pesuruh Allah dan mereka yang memerintah kamu....." (ayat 59 dari surah An-Nisa)
Ayat tersebut merupakan satu perintah supaya umat Islam taat kepada pemerintah dalam 7 perkara. Hal pertamanya ialah penempaan Dinar dan Dirham dan yang lainnya ialah menetapkan berat dan ukuran, keputusan mahkamah, haji, Jumu'ah, Hari Raya (Puasa dan Korban) dan Jihad.

Wang sejati yang bebas dari spekulasi menandakan bahawa kerajaan juga merdeka dan bebas dari spekulasi. Tiada kemerdekaan tulen selagi tiada mata wang tulen. Tidak hairanlah Al-Qurtubi meletakkan perkara Dinar dan Dirham sebagai perkara utama tentang patuh dan taat kepada pemerintah.

Wang Kertas : Penipuan terbesar dalam sejarah manusia

Hari ini kalau ada yang berazam untuk tidak mahu menggunakan wang kertas ,orang berkenaan ‘wajib’ berpindah ke dalam hutan. Begitu sekali sekeping wang kertas bergelar ‘not’ menguasai seluruh kehidupan manusia.

“ Apa itu wang kertas?” wacana tentang riba dan wang emas tidak mungkin lengkap kalau tidak menyentuh soal wang kertas kerana kedua-dua matawang ini dan riba ada hubung kaitnya dari segi sejarah.

Sejarah mencatatkan bahawa antara wang yang paling awal muncul di dunia ini adalah wang emas yang digunakan pada empayar Rom di Eropah, berkurun lama sebelum kedatangan Islam di bumi Arab. Wang emas terus digunakan oleh dunia Islam dan bahagian-bahagian dunia yang lain setelah keadatangan Nabi Muhammad s.a.w. Kearajaan Melayu Melaka pada kurun ke-14 Masehi juga menggunakan wang emas.

Namun, penggunaannya berakhir pada 1924 berikut runtuhnya kerajaan Khilafah Islamiah terakhir iaitu Khalifah Uthmaniah yang berpusat di Istanbul, Turki. Selepas itu, dunia beralih kepada wang kertas yang bersandarkan emas.

Namun, sejarah wang kertas diwarnai misteri, tipu daya dan pembelitan yang dahsyat. Warga Amerika Syarikat, G Edward Griffin dalam buku The Creature From Jekyll Island berkata bahawa titik bermulanya penipuan wang kertas adalah pada 1910. Mesyuarat misteri di pulau Jekyll pada tahun itu membawa kepada penubuhan the Federal Reserve Department (FRD) pada tahun 1913 yang keahliannya bukan di kalangan rakyat atau institusi kerajaan Amerika Syarikat . Sebaliknya dianggotai oleh syarikat milik persendirian asing. Penggunaan perkataan ‘federal’ (persekutuan) ke atas sesuatu yang berbentuk persendirian adalah pembohongan yang nyata. Kongres Amerika Syarikat pula terpaksa meluluskannya secara curi-curi.

Jabatan ini kemudiannya mentadbir segala urusan kewangan Negara Amerika Syarikat., antaranya mencetak wang kertas Dolar Amerika dan memperkenalkan Fractional Reserve Bangking (FRB) atau Fractional Reserve Requirement (FRR) yang menjadi asas perjalanan sesebuah bank. Sehingga hari ini, FRB digunakakn oleh industri perbankan di seluruh dunia termasuk Malaysia untuk mencipta wangsesuka hati dalam jumlah yang berlipat kali ganda melebihi kekayaan sebenar.

Berikutan penubuhan FRD, banyak peristiwa besar berlaku sehingga membolehkan British mengusai Bandar Jerusalem pada 1919. Penguasaan itu menandakan berakhirnya era Perang Salib yang berlangsung selama 250 tahun antara umat Islam dan Kristian. Dinia pun berubah dengan mendadak. Kemuncaknya ialah kejatuhan Kerajaan Khalifah Uthmaniah.

Peristiwa demi peristiwa terus mengejutkan dunia, antaranya Perang Dunia Pertama dan krisis ekonomi dunia besar-besaran pada 1929. Pada 1944, muncul pula perjanjian Bretton Woods yang melibatkan 44 buah Negara dunia yang bersetuju untuk menyandarkan mata wang kertas masing-masing kepada Dolar Amerika dengan jaminan bahawa USD35 bersamaan dengan satu auns emas.

Negara-negara dunia tidak lagi menyandarkan mata wang kertas kepada rizab emas masing-masing seperti sebelum ini. Setahun selepas Dolar Amerika mendapat ‘daulat’ berkenaan, International Monetory Fund (IMF) pun ditubuhkan. Pada 1948, Negara Israel mendapat pengiktirafan sebagai sebuah Negara berdaulat di tengah-tengah Negara Palestin yang sah.

Seterusnya pada 1971, kerajaan Amerika Syarikat pimpinan Ricard Nixon hampir bankrap gara-gara Perang Vietnam dan masalah deficit imbangan pembayaran yang berterusan. Tuntutan rasmi terhadap rizab emas Amerika Syarikat melambung kepada USD32 bilion sedangkan rizab emas yang ada hanya satu pertiga. Keyakinan terhadap Dolar Amerika punah. Berduyun-duyun bank pusat negara lain memeras ugut Amerika Syarikat dengan cara menebus pegangan Dolar Amerika masing-masing. Emas mengalir keluar dari Amerika Syarikat lalu dengan sendirinya meruntuhkan nilai Dolar Amerika.

Namun Amerika licik bertindak dengan memutuskan ikatan antara Dolar Amerika dan emas. Ini bermakna Amerika Syarikat memungkiri perjanjian Bretton Woods dan bertindak secara unilateral untuk menguburkan system piawaian emas.

Selepas 15 ogos 1971, doalr tidak lagi bersandarkan kepada emas. Sejak itu, nilai dolar ditentukan oleh kuasa permintaan dan penawaran pasaran tukaran wang asing. Kesannya, semua matawang dunia berubah menjadi matawang fiat iaitu matawang yang bernilai sifar. Ini bermakna setiap Negara bebas mencetak wang kertas tana perlu bersandarkan kepada apa-apa rizab. Kalau ada pun, ia dalam jumlah yang kecil seperti yang ditetapkan oleh Special Drawing Rights IMF. Bayangkan betapa liciknya permainan ini.

Pun begitu apa jua tipu daya tetap ada kelemahannya seperti mana yang disebut oleh Allah dalam al-Quran,Firmannya :


الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ

فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفً

Maksudnya :

“Orang-orang yang beriman dan berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kafir berjalan di jalan thaghut, sebab itu perangi lah kawan-kawan syaitan itu kerana tipu daya syaitan itu adalah lemah.” [surah an-Nisa’, ayat 76]

Sekarang, ‘tabir’ yang melindungi wajah sebenar wang kertas semakin terungkai. Dunia mula mengetahui apa ada di sebalik wang kertas. Wang kertas tidak mempunyai nilai intrinsik seperti mana wang sebenar (contohnya emas, perak, sebakul barangan dan lain-lain).

Nilai yang dicetak di atas wang kertas kini ditentukan oleh kerajaan yang mengeluarkannya dan kuasa pasaran (market forces). Ini bermakna nilainya bergantung kepada permintaan dan manipulasi pihak yang mengeluarkannya. Ia hanya lah ‘janji’ untuk membayar dan pihak yang mengeluarkannya tidak semesti menunaikan ‘janji’ itu. Atas inilah, sebagai contoh, pada wang kertas Ringgit Malaysia yang kita gunakan sekarang, tercetak ayat, “wang kertas ini sah diperlakukan dengan nilai….”.

Wang kertas digelar fiat kerana ia bukan berbentuk komoditi tetapi dikeluarkan oleh pihak tertentu dan dijamin nilainya oleh pihak yang mengeluarkan. Pengertian sebenar disebalik wang kertas ialah sekadar ‘sekeping kertas’ yang diterima pakai untuk semua urusan jual beli. Asas penerimaan kertas ini hanya atas dasar kepercayaan terhadapnya.Kepercayaan semata-mata! Itu sahaja! Sekiranya di suatu masa kelak, semua orang hilang kepercayaan terhadap ‘kertas ini’ lalu ia tidak lagi berguna, sekalipun jumlahnya berguni.

Sejarah membuktikan bahawa dalam peperangan mata wang sesebuah Negara dilanda krisis akan hancur lalu wang kertas dilambakkan seperti bukit di satu tempat dan dimansuhkan dengan cara membakarnya hingga hangus. Di Malaysia, sebahagian besar generasi sebelum merdeka masih lagi mengingati istilah ‘duit pisang’ atau ‘duit Jepun’ yang menyaksikan berguni duit kertas tidak mampu untuk membeli secawan beras. Ungkapan ‘duit tak laku’ bukan lah sesuatu yang asing buat orang lama yang pernah melalui pengalamn buruk itu.

Selain wang kertas, wang fiat juga merujuk kepada wang dalam bentuk angka dalam akaun, hutang-hutang yang dikeluarkan oleh bank atau institusi kewangan dan kad plastic digital. Wang ini tidak disokong oleh apa-apa aset yang nyata. Nilainya mudah dimainkan oleh speculator matawang yang berniat jahat, tamak dan tidak berperikemanusian.

Krisis ekonomi Asia pada 1997 adalah contoh yang paling dekat dengan kita. Spekulasi dan manipulasi menyebabkan berlaku susut nilai matawang atau lebih buruk, matawang itu langsung tidak bernilai. Keadaan yang dinamakan ‘money meltdown’ ini sudah pun berlaku dalam tahun-tahun kebelakangan (kejatuhan Dolar Amerika pada 1973 dan 1980). Keadaan ini pasti akan berulang. Krisis ekonomi dunia diramal menjadi lebih teruk berbanding pada tahun 1929.

Sistem ekonomi kapitalis, bank dan institusi kewangan dengan cara tidak bertanggungjawab telah mencipta wang fiat dengan banyak di pasaran sehingga menyebabkan inflasi. Wang itu dicipta melalui kepelbagaian deposit, memberi hutang dan mengenakan faedah. Setiap wang fiat yang didepositkan ke dalam bank akan mencambahkan tiga wang fiat lagi yang boleh diberikan kepada individu dan syarikat perniagaan. Ekonomi ini adalah ekonomi palsu yang tidak berasaskan kepada pengeluaran sebenar.

Sesetengah kerajaan mencetak wang sewenang-wenang tanpa bersandarkan kepada pengeluaran sebenar dalam Negara bagi kepentingan pemerintah dan pengekalan kuasa.

Apabila semakin banyak wang dicetak, nilai wang fiat akan berkurangan dan menyebabkan inflasi. Kuasa beli rakyat pula akan berkurangan. Satu wang fiat tidak memungkinkan kita membeli barangan yang sama kita beli seperti sepuluh tahun yang lalu. Ini menjadikan nilai wang kertas fiat hanya terletak pada barangan yang kita beli hari ini. Sebagai contoh, tiga puluh tahun lalu, seseorang yang bergaji RM 1000 sebulan mampu memiliki kereta import berjenama dan sebuah banglo. Hari ini, gaji sebanyak RM 20 000 sebulan belum tentu menjanjikan kereta import dan banglo. Harga barangan menjadi terlalu tinggi iaitu meningkat berkali ganda berbanding peningkatan dalam pendapatan.

Orang sekarang berkerja siang dan malam serta melakukan bermacam-macam jenis pekerjaan, tetapi masih berada di dalam keadaan kekurangan. Harta pada hakikatnya dimiliki oleh bank atau institusi kewangan. Hampir semua orang berhutang dengan bank atau institusi keewangan dan pada bila-bila masa boleh menjadi papa kedana kerana hutang itu. Malah hutang bank juga boleh diwarisi sehingga ke anak cucu.

Kadar pengangguran dan kegagalan syarikat perniagaan pula semakin meningkat dari hari ke hari. Semua ini angkara sistem kewangan fiat yang menyebabkan ekonomi berkembang secara tidak stabil serta mewujudkan jurang besar antara golongan berada dengan golongan tidak berada.

Jelas wang kertas adalah wang yang tidak adil dan tidak jujur. Apabila Amerika Syarikat meluluskan penubuhan FRD dan Amerika Syarikat mengadakan perjanjian Bretton Woods pada 1944, seluruh ummah sebenarnya sudah ditipu ‘hidup-hidup’. Inilah penipuan terbesar dalam sejarah manusia.

Sumber : Milenia Muslim, Julai.